TpA5BUG5GSO7TSWiBUd6Tfd5GA==

Slider

Lukisan Sang Budha (Karya Pak Suyono)

 

Lukisan Sang Budha


Karya Pak Suyono


Peristiwa Bom Bali 2002 melekat erat dalam ingatan Pak Suyono, pelukis kelahiran Rembang tahun 1957. Sehari sebelum bom meledak, dia sempat kongkow di salah satu cafe di  Jalan Legian Bali,  bersama seorang gadis pemusik asal Eropa. Ternyata Pak Suyono cukup piawai memetik gitar, sehingga bisa mengimbangi suara biola yang digesek oleh teman Eropanya itu. 

Keasyikan itu membuat sang gadis Eropa terkesima, sehingga mengajak Pak Suyono untuk datang kembali ke cafe itu keesokan harinya. Tapi Pak Suyono berterus terang bahwa dia tidak bisa datang karena sudah punya agenda lain di Yogyakarta tanggal 12 Oktober 2002. Saat Pak Suyono sedang menuju ke Yogyakarta, bom Bali meledak di cafe tempatnya biasa kongkow. Korban bergelimpangan. Hati Pak Suyono dihinggapi rasa prihatin atas jatuhnya korban. Di sisi lain, dia merasa bersyukur bisa selamat dari kejadian itu.

Setelah peristiwa itu, Pak Suyono meninggalkan Ubud, Bali. Padahal Ubud telah menjadi salah satu tempat yang nyaman baginya untuk berkarya, sekaligus menjalin relasi apik dengan berbagai sosok penting dalam karirnya. Sebut saja dengan pelukis ternama asal Spanyol, Antonio Blanco. Tapi setelah peristiwa Bom Bali, Pak Suyono lebih banyak berkiprah di Yogyakarta dan sesekali ke Jakarta.

Setelah 'hijrah' ke Yogyakarta,  salah satu rutinitas Pak Suyono adalah menjadi peziarah candi. Tak jarang dia tidur hingga matahari terbit di lokasi candi yang sedang menggoda hatinya. Hingga suatu saat langkahnya terhenti di Candi Mendut. Matanya menatap ke dalam sebuah stupa. Di dalamnya ada  sebuah patung Budha sedang duduk membisu. 

Spontan ingatannya melayang ke tahun 1985, ketika beberapa bom menghancurkan stupa-stupa di Candi Borobudur. Hati kecilnya tak ingin bom seperti itu merusak stupa kecil yang sedang berada di hadapannya. Jiwa seninya bergejolak dan kemudian melahirkan inspirasi untuk melukis patung yang sedang ditatapnya.

Ternyata melukis patung tersebut memakan waktu sekitar sembilan bulan. Faktor mood ikut bermain. Bila hatinya sedang gundah, mood melukisnya ikut ngedrop. Alhasil, lukisan berukuran 175 cm x 132 cm tersebut akhirnya selesai tahun 2003 dan hingga kini masih tersimpan dengan apik di sebuah rumah galeri di Yogyakarta. Sang pelukis tentu berharap agar lukisannya itu bisa segera bertemu dengan buyer yang tepat.  Harganya dibandrol Rp.150.000.000. Mugi-mugi enggal pajeng Pak Suyono.

Bila berminat dengan lukisan tersebut, silakan hubungi saya. 




0Komentar

Special Ads
Special Ads
Special Ads
© Copyright - Silisuli
Berhasil Ditambahkan

Type above and press Enter to search.